Istri Dewa Dapur

Bangsa Cina meyakini, pada hari ke-23 bulan ke-12 pada perhitungan Kalender Cina, Dewa Dapur menemui Kerajaan Kemala (Jade Emperor) untuk melaporkan semua kegiatan yang terjadi di rumah-rumah manusia. Kerajaan Kemala yang memerintah langit akan memberikan hadiah atau hukuman pada keluarga-keluarga tersebut berdasarkan laporan Dewa Dapur. Untuk itulah, masyarakat Cina selalu memberikan persembahan bagi Dewa Dapur di rumahnya agar Sang Dewa merasa senang dan melaporkan yang baik-baik pada ‘atasannya’.

Ada banyak kisah mengenai asal mula Dewa Dapur (Zao Jun). Wikipedia menceritakan salah satu versinya. Namun, berbeda dengan versi Wiki, Amy Tan menuliskan versi yang lebih feminis dalam bukunya The Kitchen God’s Wife.

Alkisah, dahulu Dewa Dapur adalah manusia biasa bernama Zhang. Ia memiliki istri yang berbudi luhur bernama Guo. Bukannya bersyukur, Zhang malah tergoda kecantikan perempuan lain bernama Lady Li. Zhang bahkan mengundang Lady Li ke rumahnya lalu menyuruh istrinya memasak untuk perempuan itu. Lady Li kemudian mengusir sang istri agar ia dan Zhang dapat bersenang-senang dengan bebas. Karena mereka hidup boros, Zhang pun bangkrut dan Lady Li pergi dengan laki-laki lain.

Zhang menjadi pengemis yang meminta-minta dari rumah ke rumah. Suatu saat, ia kelaparan dan hampir mati di jalanan. Beruntung, ia ditolong oleh istrinya. Saat sadar, ia tengah berada di dapur ditemani salah satu pelayan. Ketika sang pelayan menunjukkan siapa majikannya (yang tak lain adalah Guo, istri Zhang), Zhang melompat ke dalam perapian untuk bersembunyi karena malu, tak menyadari bahwa perapian itu menyala. Istrinya berusaha memadamkan api itu, tapi Zhang tak tertolong.

IMHO, Amy Tan seolah menyuarakan ‘protes’, laki-laki yang telah menyia-nyiakan istrinya kenapa dimuliakan dan diangkat menjadi dewa? Bukankah yang berbudi luhur itu istrinya?

Well, buku ini memang tidak bercerita tentang legenda Cina. Amy Tan menganalogikan kehidupan istri sang Dewa Dapur melalui tokoh Winnie Louie, seorang perempuan yang lahir dari keluarga berada di Cina. Melalui perjodohan, ia menikah dengan Wen Fu, seorang laki-laki berperangai buruk: senang menghabiskan uang (sebagian besar adalah harta milik keluarga Winnie Louie) dan tukang main perempuan. Bahkan, saat istrinya melahirkan di rumah sakit, ia membawa pulang perempuan dan selingkuh di rumahnya sendiri. Tapi sebagai seorang istri yang diharuskan taat, Winnie tak berdaya karena batasan adat. Terlebih karena saat itu Cina tengah berperang dengan Jepang, Winnie tak punya kesempatan untuk lari. Ketidakpedulian Wen Fu juga mengakibatkan anak-anak yang mereka miliki meninggal dunia.

Sekitar 80% buku ini mengisahkan hidup Winnie Louie semasa perang dunia kedua di Cina. Melalui penuturan ‘aku’ (Winnie Louie) kepada ‘kamu’ (Pearl, putri Winnie Louie), terungkap berbagai sisi kelam serta rahasia-rahasia yang selama ini dipendam Sang Ibu, termasuk hubungan ‘persaudaraan’ mereka dengan Helen Kwong dan Bibi Du yang telah dianggap keluarga. Bahkan sebuah kenyataan pahit karena Pearl ternyata putri Wen Fu, bukannya putri Jimmy Louie seperti yang selama ini dikatakannya.

Namun pengungkapan kebenaran, meskipun menyakitkan, merekatkan hubungan kasih ibu dan putrinya yang sempat retak karena kematian Jimmy Louie, suami kedua Winnie Louie yang menolongnya lepas dari Wen Fu dan bermigrasi ke Amerika. Seperti potongan puzzle yang kini tersusun utuh, mereka berusaha lebih mengerti kedalaman hati masing-masing tanpa prasangka buruk.

Dan akhirnya, Winnie Louie melepaskan gambar Dewa Dapur dari altar kecil yang diwariskan Bibi Du kepada Pearl. Menurutnya, Pearl membutuhkan Dewa keberuntungan yang lain. Digantinya dengan patung Nyonya Dewa Dapur. Atau, seperti yang dikatakan Winnie Louie: Nyonya Bebas Kesedihan.

PS. Sebenarnya buku ini pengen kubeli sekitar 10 tahun yang lalu. Berhubung waktu itu situasi ekonomi lagi sulit :D, akhirnya terlupakan. Tau-tau dua minggu lalu, aku menemukan buku ini di deretan buku bekas di lapaknya Mbak Retno. Heu, jodoh tak lari kemana… πŸ˜›

23 thoughts on “Istri Dewa Dapur

  1. HHmmm …
    Sepertinya ini buku yang menarik nih …
    Saya yakin (terutama) ibu-ibu atau kaum wanita pasti sangat suka …

    salam saya Mida

  2. Di awal, sebenarnya ceritanya agak membosankan, Om, hehe… πŸ˜€ Baru terasa serunya di bagian tengah, pas setting perang. Tapi, buku-buku Amy Tan emang banyak berkisah tentang masalah perempuan yang menarik buat dibaca.

    Makasih udah mampir ya, Om. Salam…

    • Wah, ga tau juga ya, Dek… kayanya sih buku ini udah ga cetak ulang di Indo. Mungkin di shopping ada, hehe… πŸ˜€
      Kalo mw, aku kirimin punyaku deh…

  3. ..
    Kayaknya maen gender nih ceritanya..
    ..
    Tapi aku teteup pengennya Dewa dapur itu cowok, lihat aja di hotel dan resto..
    Kokinya cowok semua.. πŸ˜€
    ..

    • Kan udah dibilang kalo Amy Tan menulis versi feminis πŸ˜›
      Itu mah namanya Dewa Koki, dunk, heuheu… Kalo ada, aku calonin Ata jadi kandidat deh πŸ˜€

  4. buku ini bagus sekali ya Mida,
    memberikan kita renungan agar selalu tak lupa utk bersyukur pd apa yg telah kita punyai, dan jagan hanya berkhayal utk yg tdk ada.
    terimakasih utk resensi nya yg menarik, Mida πŸ™‚
    salam

    • Iya, Bunda…
      Buku ini juga memberi keberanian untuk tetap berharap dan berjuang dalam keadaan sesulit apapun, terutama untuk para perempuan korban KDRT.
      Salam sayang…

Leave a reply to mida Cancel reply